Nusalaut – Mungkin, belum banyak traveler yang tahu Nusalaut. Inilah salah satu pulau di Maluku Tengah yang disebut juga Pulau Emas dan keindahan alamnya belum terjamah.
Pekan lalu 15-16 Oktober 2016, detikTravel berkesempatan mengunjungi Pulau Nusalaut saat menghadiri event olahraga internasional Triathlon Nusalaut Adventure 2016. Event itu diselenggarakan oleh Kodam XVI Pattimura yang didukung oleh sejumlah BUMN.
Triathlon Nusalaut Adventure 2016 menjadi event bersejarah bagi warga Pulau Nusalaut karena menjadi event pertama terbesar yang pernah digelar di pulau tersebut. Event itu digelar dalam rangka HUT TNI ke-71 sekaligus mempromosikan pariwisata Nusalaut.
Pulau yang juga disebut Pulau Hulawano (Pulau Emas) ini adalah sebuah pulau kecil di antara enam gugusan pulau-pulau wilayah Maluku. Pulau Nusalaut memiliki tujuh negeri/desa dan memiliki luas sekitar 32,50 km persegi. Tujuh desa itu adalah Titawae, Abubu, Akoon, Ameth, Nalahia, Sila dan Leinitu.
Secara geografis Pulau Nusalaut berada di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Saparua, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Seram dan Pulau Serua, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Molana.
Selain keindahan pantai dan alam bawah laut, Nusalaut juga menyimpan banyak situs bersejarah. Di antaranya Gereja Tua Eben Haezer (1715), Benteng Beverwijk, Patung Martha Christina Tiahahu, sumber air panas, Gereja Tua Betheden (1906) dan lain sebagainya.
Ratusan orang dari peserta hingga panitia yang hadir membuat pulau itu semakin hidup. Peserta juga antusias dengan track yang menantang dan keindahan alam yang natural.
Salah satu peserta wanita, Inge Prasetyo, mengaku tertantang mengikuti event ini. Wanita yang sering mengikuti event internasional ini mengaku Nusalaut memiliki potensi pariwisata yang tinggi.
“Event ini menarik, lautnya keren, dan kita melintasi desa-desa, ini petualangan yang sebenarnya,” ungkap wanita yang meraih juara dua kategori perorangan umum putri ini.
Antusiasme warga pun sangat tinggi ketika event tersebut digelar. Bagaimana tidak, secara tidak langsung perekonomian mereka juga terangkat dengan banyaknya wisatawan.
“Dampaknya sangat luar biasa bagi kami. Dari sisi ekonomi sangat bermanfaat bagi masyarakat, salah satu contohnya toko-toko sembako, penjual makanan, dulu pendapatannya minim, sekarang pendapatannya meningkat luar biasa,” tutur Kepala Desa Leinitu, Decky Tanasale.
“Kami berharap melalui event ini, jalan terbuka untuk Nusalaut untuk kelak wisatawan masuk dan mengangkat perekonomian masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Camat Nusa Laut Chris Lailossa menjelaskan ada beberapa kendala yang dialami dalam pengembangan pariwisata Nusalaut. Salah satunya adalah aliran listrik yang belum memenuhi kebutuhan warga selama 24 jam
“PLN di sini hanya 18 jam. Paling tidak 24 jam untuk menunjang semua kegiatan dan aktifitas masyarakat,” ungkapnya.
Selain listrik, terbatasnya transportasi juga menjadi kendala bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Nusalaut. Sebab, transportasi laut dari Pelabuhan Tulehu, Ambon menuju Nusalaut hanya ada 2 kali perjalanan dalam seminggu.
Informasi yang dihimpun, kapal ferry menuju Nusalaut hanya berangkat setiap Selasa dan Sabtu. Ongkosnya kurang lebih Rp 50 ribu. Sementara jika hendak menggunakan speedboat, maka biayanya lebih mahal dan tergantung jumlah penumpang. Ada yang menyebut bisa mencapai Rp 1,2 juta sekali perjalanan.
Nah, mengenai akomodasi di Nusalaut, wisatawan bisa menginap di homestay atau rumah warga. Biayanya sekitar Rp 150-250 ribu. Warga Nusalaut cukup ramah dengan wisatawan. Mereka selalu menyapa ketika bertemu para wisatawan.
sumber : admin.negeri nalahia/2021